Awal ketenaran nama Bhayangkara dimulai ketika munculnya pemberontakan Ra Kuti yang berhasil dipadamkan oleh Gadjah Mada dengan pasukan Bhayangkara. Gajah Mada, yang ketika itu memimpin pengawal raja, membantu Jayanegara melarikan diri dari ibu kota dan menyembunyikannya dari kejaran pemberontak. Cerita rakyat menyatakan dalam pelarian di Desa Badander itu, satu dari anggota Pasukan Bhayangkara menyatakan ingin pulang ke ibu kota. Gajah Mada melarangnya, tetapi prajurit itu ngotot. Akhirnya, prajurit itu dibunuh karena diduga akan membelot.
Kemudian Gajah Mada melancarkan operasi intelijen untuk menyelidiki kondisi ibu kota Majapahit di bawah Kuti. Dia menggelar survei kilat untuk memetakan sikap para bangsawan kerajaan terhadap posisi Jayanegara.
Dari sana dia tahu bahwa dukungan publik terhadap Jayanegara masih kuat. Dengan bantuan para bangsawan di pusat kota, Gajah Mada bersama Pasukan Bhayangkara berhasil memukul balik Kuti dan mendudukkan kembali Jayanegara ke istana untuk kedua kalinya.
Setelah Jayanegara meninggal, Majapahit dipimpin oleh Tribhuwana Tunggadewi pada tahun 1334. Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari Prasasti Singasari (1351) diketahui gelar Abhisekanya ialah Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah Dyah Gitarja. Dia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri.
Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyata dan kakak tiri bernama Jayanagara. Dia yang yang kemudian mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih. Saat itu, kedudukan Maha Patih Gajahmada kira-kira dapat disamakan dengan Perdana Menteri dalam era politik modern.
Sejak saat itu Bhayangakara menjadi kesatuan yang disegani. Selain mengurusi masalah sipil dalam negeri, kesatuan ini juga menjadi andalan dalam kampanye Gajah Mada menaklukan Nusantara. Setidaknya para perwira yang memimpin pasukan Majapahit adalah "lulusan" dari Bhayangkara. (berbagai sumber)
Kemudian Gajah Mada melancarkan operasi intelijen untuk menyelidiki kondisi ibu kota Majapahit di bawah Kuti. Dia menggelar survei kilat untuk memetakan sikap para bangsawan kerajaan terhadap posisi Jayanegara.
Dari sana dia tahu bahwa dukungan publik terhadap Jayanegara masih kuat. Dengan bantuan para bangsawan di pusat kota, Gajah Mada bersama Pasukan Bhayangkara berhasil memukul balik Kuti dan mendudukkan kembali Jayanegara ke istana untuk kedua kalinya.
Setelah Jayanegara meninggal, Majapahit dipimpin oleh Tribhuwana Tunggadewi pada tahun 1334. Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari Prasasti Singasari (1351) diketahui gelar Abhisekanya ialah Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah Dyah Gitarja. Dia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri.
Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyata dan kakak tiri bernama Jayanagara. Dia yang yang kemudian mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih. Saat itu, kedudukan Maha Patih Gajahmada kira-kira dapat disamakan dengan Perdana Menteri dalam era politik modern.
Sejak saat itu Bhayangakara menjadi kesatuan yang disegani. Selain mengurusi masalah sipil dalam negeri, kesatuan ini juga menjadi andalan dalam kampanye Gajah Mada menaklukan Nusantara. Setidaknya para perwira yang memimpin pasukan Majapahit adalah "lulusan" dari Bhayangkara. (berbagai sumber)
Posting Komentar