Tokoh Sakera selain dikenal sebagai seorang pahlawan, beliau juga dikenal sebagai seorang pendekar atau jawara. Sakera memiliki nama kecil Sadiman. Tentang asal usul beliau,Sakera berasal dari Madura kemudian menetap di wilayah Bangil. Sebelum menjadi pejuang melawan penjajah Belanda, Sakera bekerja sebagai mandor kebun tebu di Kancil Mas Bangil pimpinan seorang Belanda.
Pak Sadiman dipanggil Sakera karena sifat beliau yang baik hati pada para pekerja. Demi kepentingan peningkatan produksi gula, pimpinan pabrik tersebut menginginkan menambah lahan tebu baru sebanyak mungkin.
Tentunya hal itu akan membutuhkan banyak dana untuk membeli lahan milik warga.Untuk mengatasinya, orang Belanda tersebut meminta bantuan kepada Carik Rembang (Rembang disini adalah kecamatan Rembang di Kabupaten Pasuruan) agar di bantu mencarikan lahan secepatnya dan dengan harga yang murah.
Karena terdesak dan iming-iming kekayaan yang akan diberikan kepada carik jika berhasil, akhirnya sang carik menyetujuinya. Cara kekerasan pun dilakukan oleh sang carik supaya keinginan pimpinan perusahaan bisa tercapai.
Mungkin mirip dengan preman yang disewa oleh pengusaha-pengusaha jaman sekarang kali ya... Sakera yang mengetahui kejadian itu, tidak mau tinggal diam. Warga yang dibantu oleh Sakera yang seorang jawara, menjadi berani dan menolak. Berkali kali usaha sang Carik gagal.
Karena buntu, Carik melaporkannya ke pimpinan perusahaan tadi. Akhirnya Markus dikirimkan oleh orang Belanda tadi untuk menertibkan warga dan membunuh Sakera.Keesokan harinya, di perkebunan saat pekerja sedang istirahat. Markus tiba-tiba marah, menghukum para pekerja dan dengan congkaknya dia menantang Sakera.
Sakera mengalahkan Markus dan para pengawalnya terbunuh di kebun tebu tadi.
Mulai saat itu, Sakera menjadi DPO polisi pemerintah Hindia Belanda. Sakera akhirnya ditangkap saat berkunjung ke rumah ibunya, disana Sakera dihadang oleh polisi Belanda beserta sang carik yang sakit hati. Pertarungan sengit pun terjadi, hampir saja Sakera menang kalau saja mereka tidak mengancam membunuh ibu Sakera.
Sakera pun menyerah dan dimasukkan ke dalam penjara.Pada saat di penjara itulah, Sakera mendapat kabar jika isterinya (Marlena) sering diganggu oleh keponakannya yang bernama Brodin.
Brodin memang sudah mengincar Marlena sejak lama.Sakera pun murka dan kabur dari penjara. Brodin pun dibunuh oleh Sakera.Kemudian Sakera membunuh Carik Rembang, dan dilanjutkan membunuh para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan tangan kepala Polisi Bangil pun ditebas karena mencoba menangkap Sakera.
Seluruh polisi pemerintah Belanda di Bangil pun dikerahkan untuk menangkapnya. Namun Sakera terlalu sakti untuk mereka.Karena kehabisan cara, polisi pemerintahan Hindia Belanda berangkat menemui teman seperguruan Pak Sakera, Aziz namanya.
Mereka menyogok Aziz supaya memberitahukan kelemahan Sakera. Aziz pun akhirnya bersedia.Maka diadakanlah acara tayuban di desa untukmemancing Sakera. Mereka sekarang tahu kalau Sakera sangat menyenangi acara tayuban. Kemudian sakera di persilahkan oleh seorang suruhan Belanda untuk duduk di tempat paling depan. Disana sudah di siapkan tikar yang sangat bagus. Tanpa curiga sedikitpun, di bawah tikar itu sudah dibuat lubang jebakan yang dalam.
Pak Sakera kemudian terperosok ke dalam lubang. Saat itulah ilmunya di hilangkan dengan pukulan menggunakan bambu apus (bambumuda)
Sakera yang sudah tidak berdaya kemudian ditangkap dan diberi hukuman gantung oleh Government Bangil Beliau dimakamkan di daerah Bekacak, kelurahan Kolursari Kecamatan Bangil.
Sampai sekarang makamnya masih bisa dilihat di Bekacak. Cerita ini masih lestari di wilayah Pasuruan khususnya Bangil, menjadi sebuah cerita rakyat yang di sampaikan secara lisan secara turun temurun.
Sumber: PasuruanBangil-PP
Posting Komentar