Kapten Inf. Agustadi Sasongko Purnomo mengikuti pendidikan Susstafpur (sekarang kaskus) pada tahun 1984 di Secapa Bandung selama 6 bulan. Kemudian mendapatkan amanah sebagai Kasi Ops Org Litbag Pussenif di Bandung dengan pangkat Mayor Inf.. Beliau sangat nyaman mengemban tugas ini karena ingin lulus Seskoad. Untutk persiapan-persiapan menghadapi ujian, ditembok kamarnya ditempeli peta-peta dan teori taktik agar mudah dibaca dan dihapal. Selanjutnya konsultasi pemeriksaan Psikologi di Dispsiad. Hasilnya, pertama R.10, kedua R.7, dan terakhir Q.2. Kesempatan pertama mengikuti seleksi Seskoad langsung lulus.
Selesai mengikuti pendidikan di Seskoad, beliau sebetulnya ingin bertugas di komando teritorial karena sudah lama bertugas disatuan tempur. Tetapi, ternyata surat keputusan yang terhitung mulai tanggal 1 Juni 1989 menunjuk Letnan Kolonel Inf. Agustadi Sasongko Purnomo sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/PS Kodam I/Bukit Barisan, dan dilantik pada 28 Mei 1990.
Perintah Operasi (PO) yang harus dilaksanakan adalah operasi tempur di daerah Aceh Timur untuk menghadapi separatis GAM yang merampas senjata-senjata anggota Yonif 113. Pelaksanaan operasi dipimpin oleh Wadanyon Linud 100/PS Mayor Inf. Asep Pribadi. Namun, dalam pelaksanaan operasi di daerah Aceh Timur, 4 prajurit Yonif Linud 100/PS gugur dalam kontak senjata.Hal ini mengharuskan Danyonif Letkol Inf. Agustadi SP turun tangan langsung mengambil alih pimpinan operasi. Operasi tempur Yonif Linud 100/PS berlangsung selama 10 bulan, dari tahun 1990 hinga 1991.
Setelah melaksanakan operasi militer di Aceh, beliau diberi amanah memangku jabatan Kasi Ops Korem 011/Lilawangsa di Lhokseumawe terhitung mulai tanggal 1 Maret 1991. Pada saat memangku jabatan ini, 1 April 1991 Operasi Jaring Merah II dimulai, disambung Operasi Jaring Merah III, Operasi Jaring Merah IV, dan ditutup dengan Operasi Jaring Merah V yang mulai pada 1 April 1994.
Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1993, Letkol Inf. Agustadi Sasongko Purnomo menjabat Komandan Kodim 0106/Aceh Tengah. Daerah wilayah Kodim ini terletak disekitar pegunungan Bukit Barisan, berbatasan langsung dengan daerah Aceh Barat, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tenggara, sehingga berbagai karakteristik dan perkembangan-perkembangan daerah-daerah tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Aceh Tengah.
Dimasa jabatan ini, masih dengan pangkat Letkol Inf, teman satu lichting 1974 dan sekamar masa Taruna dulu, Prabowo Subianto sudah menjabat Wadanjen Kopasus dengan pngkat Brigadir Jenderal. Beliau menawari Letkol Inf. Agustadi SP untuk menjabat sebagai Kasbrig di Kostrad, tetapi tidak diindahkan. Selanjutnya, pada tahun 1994 Letkol Inf. Agustadi SP mendapat perintah mengikuti Sussospol ABRI selama 4 bulan. Kursus ini ditutup pada bulan Januari 1995.
Setelah Sussospol, jabatan Letkol Inf. Agustadi SP , masih dalam pangkat yang sama menjadi Waasops Kasdam I/Bukit Barisan terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1994. Namun tiba-tiba keluar perintah untuk menjadi Anggota DPR RI Fraksi ABRI. Sebelum melaksanakan perintah, sesuai prosedur beliau menghadap Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Arie J. Kumaat. Pangdam marah-marah karena Letkol Inf. Agustadi SP yang sudah diplot menduduki jabatan Asops Kasdam ternyata harus hengkang dari organisasi TNI-AD. Pangdam memerintahkan Kasdam I/Bukit Barisan Brigjen TNI Agum Gumelar mencari tahu dan mengecek kebenaran perintah yang diterima Letkol Inf. Agustadi SP. Hasil pengecekan ternyata benar, dengan berat hati Pangdam melepasnya untuk melaksanakan amanah sebagai wakil rakyat di DPR RI.
Allah SWT sangat melindungi hambanya yang selalu jujur dan ikhlas dalam mengemban tugas. Setelah meninggalkan Medan dan Asops Kasdam dijabat orang lain, di Medan terjadi kerusuhan yang cukup besar dan berakibat pencopotan dan penonaktifan pejabat Aspos Kasdam I/Bukit Barisan
Tahun 1995-1997 dan tahun 1997-1998 Letkol Inf. Agustadi SP menjadi Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi ABRI, mengantikan posisi Kolonel Inf. Djoko Santoso. Saat kerusuhan 14 Mei 1998, Kolonel Inf. Agustadi SP sedang berada di gedung baru DPR RI lantai 20. Dari situ terlihat awal pembakaran Jakarta yang dimulai dari arah Tanjung Priok, selanjutnya dalam waktu singkat merembet keseluruh bagian Kota Jakarta.
Tanggal 19 Mei 1998 halaman dan gedung DPR.MPR RI diduduki oleh lebih kurang 10.000 demonstran mahasiswa dan rakyat. Anggota DPR/MPR RI dilarang keluar dari Komplek DPR/MPR RI sampai dengan Pak Harto selaku Presiden RI saat itu lengser keprabon pada tanggal 21 Mei 1998. Sekali lagi Kolonel Inf. Agustadi Sasongko Purnomo diselamatakan oleh Allah SWT, sementara rekan-rekannya se lichting di AKABRI 74 seperti Letjen TNI Prabowo Subianto dan Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin harus menghadapi sidang pengadilan militer berkaitan dengan penanganan kerusuhan massal di Jakarta.
Mencermati keberuntungan dalam perjalanan karirnya, beliau selalu mengambil hikmahnya, bahwa setiap jabatan apapun harus disyukuri. Seperi kata pepatah Jawa : Derajat, pangkat iso loncat, bondo nonyo iso musno ayu bagus ono watese. Segala sesuatu di dunia bisa berubah kapanpun bila Allah SWT menghendaki. Maka dari itu, bersyukurlah apa yang telah diberikan.
Pada tahun 1999 beliau ditarik ke Mabesad sebagai personel BP di Staf Ahli Kasad dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI. Aktivitas Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo selama si Sahli Kasad, selesai apel pagi memimpin lari, menghantar jemput anak ke sekolah, dan menghantar istri ke pasar. Gaji yang diterima Rp 900 ribu tanpa tunjangan jabatan. Bila dihitung-hitung selama non job 16 bulan menjadi tekor, akhirnya istilahnya “Mantab” (makan gaji tabungan). Kenangan selama non job adalah pada suatu hari dengan pakaian training mengemudikan sendiri mobil Honda Accord 89 di jalan tol Jakarta. Saat melaju, tiba-tiba “dung!”, ternyata ban mobil meletus. Setelah keluar tol sampai depan Gedung Gudang Garam Cempaka Putih, mobil dipinggirkan. Ketika mengganti ban, tiba-tiba ada Sersan Kowad dan PNS Mabesad disebelahnya. Namun, dia diacuhkan saja. Mungkin karena tidak kenal. Kejadian-kejadian yang dialami selama non job membuat beliau mempunya prinsip tabah sampai akhir. Allah SWT pasti akan memberikan jalan terbaik kepada hambanya yang bersabar dan tawakkal.
Keprihatinan selama non job di Staf Ahli membuat Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo berusaha untuk mengubah nasib yang lebih baik. Sehingga pada tahun 2000 bersama istrinya bisa menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Ongkos naik haji berasal dari pesangon ketika lepas sebagai anggota DPR/MPR RI sebesar Rp 13.000.000. Beliau dan istri mendaftar haji ke Disbintalad dengan nomor urut 19. Ketika berangkat, beliau bertemu teman-teman sekloter dan diberi masukan bahwa di Tanah Suci Makkah bila berdoa, minta apa saja kepada Allah SWT, maka doanya akan dikabulkan dalam waktu paling lama 1 tahun.
Selesai menunaikan Ibadah Haji dan kembali ketanah air, sampai waktu 11 bulan belum juga ada perubahan nasib. Sampai 1 tahun lebih tetap tidak ada perubahan.
Kemudian pada masa itu di Papua, dilaksanakan Operasi Penumpasan GPK, dan negara memberikan amanah kepada Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo untuk menjabat sebagai Kepala Staf Kodam XVII/Cenderawasih terhitung mulai 15 Februari 2001. Alhamdulilah, doanya di Tanah Suci Makkah setahun lalu terkabul. Kemudian beliau mengikuti Lemhanas selama 8 bulan dan selanjutnya menjabat Panglima Divisi 2 Kostrad menggantikan Mayjen TNI Djoko Santoso (yang ke-2 kali) terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002. Banyak karya-karya yang telah diukir selama menjabat Pangdiv 2 Kostrad. Tatkala menjabat di Singosari Malang, pada sore hari sekitar jam 15.00 beliau berjalan-jalan sendiri untuk melihat kerajinan kulit. Di saat bersamaan ada sekumpulan orang sedang bermain catur, beliau kemudian turut bermain dan bisa mengalahkan para pecatur di sana. Awalnya, orang-orang disekitar situ tidak mengenali beliau, sampailah kebetulan ada Perwira TNI yang mengenal dan langsung memberi hormat dengan sikap sempurna. Terheran-heranlah orang-orang disana, rupanya dari tadi mereka bermain catur dipinggir jalan sambil guyon-guyonan dengan Pangdiv 2 Kostrad, Mayor Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo.
Sebelum mengakhiri jabatan sebagai Pangdiv 2 Kostrad, beliau sempat memimpin latihan kesiapan PPRC Kostrad dari Malang yang akan diterjunkan ke Ambon. Latihan PPRC berjalan dengan baik, aman dan lancar. (selesei)
Sumber: JKGR
Perintah Operasi (PO) yang harus dilaksanakan adalah operasi tempur di daerah Aceh Timur untuk menghadapi separatis GAM yang merampas senjata-senjata anggota Yonif 113. Pelaksanaan operasi dipimpin oleh Wadanyon Linud 100/PS Mayor Inf. Asep Pribadi. Namun, dalam pelaksanaan operasi di daerah Aceh Timur, 4 prajurit Yonif Linud 100/PS gugur dalam kontak senjata.Hal ini mengharuskan Danyonif Letkol Inf. Agustadi SP turun tangan langsung mengambil alih pimpinan operasi. Operasi tempur Yonif Linud 100/PS berlangsung selama 10 bulan, dari tahun 1990 hinga 1991.
Setelah melaksanakan operasi militer di Aceh, beliau diberi amanah memangku jabatan Kasi Ops Korem 011/Lilawangsa di Lhokseumawe terhitung mulai tanggal 1 Maret 1991. Pada saat memangku jabatan ini, 1 April 1991 Operasi Jaring Merah II dimulai, disambung Operasi Jaring Merah III, Operasi Jaring Merah IV, dan ditutup dengan Operasi Jaring Merah V yang mulai pada 1 April 1994.
Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1993, Letkol Inf. Agustadi Sasongko Purnomo menjabat Komandan Kodim 0106/Aceh Tengah. Daerah wilayah Kodim ini terletak disekitar pegunungan Bukit Barisan, berbatasan langsung dengan daerah Aceh Barat, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tenggara, sehingga berbagai karakteristik dan perkembangan-perkembangan daerah-daerah tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Aceh Tengah.
Dimasa jabatan ini, masih dengan pangkat Letkol Inf, teman satu lichting 1974 dan sekamar masa Taruna dulu, Prabowo Subianto sudah menjabat Wadanjen Kopasus dengan pngkat Brigadir Jenderal. Beliau menawari Letkol Inf. Agustadi SP untuk menjabat sebagai Kasbrig di Kostrad, tetapi tidak diindahkan. Selanjutnya, pada tahun 1994 Letkol Inf. Agustadi SP mendapat perintah mengikuti Sussospol ABRI selama 4 bulan. Kursus ini ditutup pada bulan Januari 1995.
Setelah Sussospol, jabatan Letkol Inf. Agustadi SP , masih dalam pangkat yang sama menjadi Waasops Kasdam I/Bukit Barisan terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1994. Namun tiba-tiba keluar perintah untuk menjadi Anggota DPR RI Fraksi ABRI. Sebelum melaksanakan perintah, sesuai prosedur beliau menghadap Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Arie J. Kumaat. Pangdam marah-marah karena Letkol Inf. Agustadi SP yang sudah diplot menduduki jabatan Asops Kasdam ternyata harus hengkang dari organisasi TNI-AD. Pangdam memerintahkan Kasdam I/Bukit Barisan Brigjen TNI Agum Gumelar mencari tahu dan mengecek kebenaran perintah yang diterima Letkol Inf. Agustadi SP. Hasil pengecekan ternyata benar, dengan berat hati Pangdam melepasnya untuk melaksanakan amanah sebagai wakil rakyat di DPR RI.
Allah SWT sangat melindungi hambanya yang selalu jujur dan ikhlas dalam mengemban tugas. Setelah meninggalkan Medan dan Asops Kasdam dijabat orang lain, di Medan terjadi kerusuhan yang cukup besar dan berakibat pencopotan dan penonaktifan pejabat Aspos Kasdam I/Bukit Barisan
Tahun 1995-1997 dan tahun 1997-1998 Letkol Inf. Agustadi SP menjadi Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi ABRI, mengantikan posisi Kolonel Inf. Djoko Santoso. Saat kerusuhan 14 Mei 1998, Kolonel Inf. Agustadi SP sedang berada di gedung baru DPR RI lantai 20. Dari situ terlihat awal pembakaran Jakarta yang dimulai dari arah Tanjung Priok, selanjutnya dalam waktu singkat merembet keseluruh bagian Kota Jakarta.
Tanggal 19 Mei 1998 halaman dan gedung DPR.MPR RI diduduki oleh lebih kurang 10.000 demonstran mahasiswa dan rakyat. Anggota DPR/MPR RI dilarang keluar dari Komplek DPR/MPR RI sampai dengan Pak Harto selaku Presiden RI saat itu lengser keprabon pada tanggal 21 Mei 1998. Sekali lagi Kolonel Inf. Agustadi Sasongko Purnomo diselamatakan oleh Allah SWT, sementara rekan-rekannya se lichting di AKABRI 74 seperti Letjen TNI Prabowo Subianto dan Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin harus menghadapi sidang pengadilan militer berkaitan dengan penanganan kerusuhan massal di Jakarta.
Mencermati keberuntungan dalam perjalanan karirnya, beliau selalu mengambil hikmahnya, bahwa setiap jabatan apapun harus disyukuri. Seperi kata pepatah Jawa : Derajat, pangkat iso loncat, bondo nonyo iso musno ayu bagus ono watese. Segala sesuatu di dunia bisa berubah kapanpun bila Allah SWT menghendaki. Maka dari itu, bersyukurlah apa yang telah diberikan.
Pada tahun 1999 beliau ditarik ke Mabesad sebagai personel BP di Staf Ahli Kasad dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI. Aktivitas Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo selama si Sahli Kasad, selesai apel pagi memimpin lari, menghantar jemput anak ke sekolah, dan menghantar istri ke pasar. Gaji yang diterima Rp 900 ribu tanpa tunjangan jabatan. Bila dihitung-hitung selama non job 16 bulan menjadi tekor, akhirnya istilahnya “Mantab” (makan gaji tabungan). Kenangan selama non job adalah pada suatu hari dengan pakaian training mengemudikan sendiri mobil Honda Accord 89 di jalan tol Jakarta. Saat melaju, tiba-tiba “dung!”, ternyata ban mobil meletus. Setelah keluar tol sampai depan Gedung Gudang Garam Cempaka Putih, mobil dipinggirkan. Ketika mengganti ban, tiba-tiba ada Sersan Kowad dan PNS Mabesad disebelahnya. Namun, dia diacuhkan saja. Mungkin karena tidak kenal. Kejadian-kejadian yang dialami selama non job membuat beliau mempunya prinsip tabah sampai akhir. Allah SWT pasti akan memberikan jalan terbaik kepada hambanya yang bersabar dan tawakkal.
Keprihatinan selama non job di Staf Ahli membuat Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo berusaha untuk mengubah nasib yang lebih baik. Sehingga pada tahun 2000 bersama istrinya bisa menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Ongkos naik haji berasal dari pesangon ketika lepas sebagai anggota DPR/MPR RI sebesar Rp 13.000.000. Beliau dan istri mendaftar haji ke Disbintalad dengan nomor urut 19. Ketika berangkat, beliau bertemu teman-teman sekloter dan diberi masukan bahwa di Tanah Suci Makkah bila berdoa, minta apa saja kepada Allah SWT, maka doanya akan dikabulkan dalam waktu paling lama 1 tahun.
Selesai menunaikan Ibadah Haji dan kembali ketanah air, sampai waktu 11 bulan belum juga ada perubahan nasib. Sampai 1 tahun lebih tetap tidak ada perubahan.
Kemudian pada masa itu di Papua, dilaksanakan Operasi Penumpasan GPK, dan negara memberikan amanah kepada Brigjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo untuk menjabat sebagai Kepala Staf Kodam XVII/Cenderawasih terhitung mulai 15 Februari 2001. Alhamdulilah, doanya di Tanah Suci Makkah setahun lalu terkabul. Kemudian beliau mengikuti Lemhanas selama 8 bulan dan selanjutnya menjabat Panglima Divisi 2 Kostrad menggantikan Mayjen TNI Djoko Santoso (yang ke-2 kali) terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002. Banyak karya-karya yang telah diukir selama menjabat Pangdiv 2 Kostrad. Tatkala menjabat di Singosari Malang, pada sore hari sekitar jam 15.00 beliau berjalan-jalan sendiri untuk melihat kerajinan kulit. Di saat bersamaan ada sekumpulan orang sedang bermain catur, beliau kemudian turut bermain dan bisa mengalahkan para pecatur di sana. Awalnya, orang-orang disekitar situ tidak mengenali beliau, sampailah kebetulan ada Perwira TNI yang mengenal dan langsung memberi hormat dengan sikap sempurna. Terheran-heranlah orang-orang disana, rupanya dari tadi mereka bermain catur dipinggir jalan sambil guyon-guyonan dengan Pangdiv 2 Kostrad, Mayor Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo.
Sebelum mengakhiri jabatan sebagai Pangdiv 2 Kostrad, beliau sempat memimpin latihan kesiapan PPRC Kostrad dari Malang yang akan diterjunkan ke Ambon. Latihan PPRC berjalan dengan baik, aman dan lancar. (selesei)
Sumber: JKGR
Posting Komentar