Pada tahun 1978, Aguk berangkat untuk kedua kalinya ke Timor Timur. Dengan tetap berbekal buku Primbon sebagai pegangan bila akan bergerak di daerah operasi. Misalkan jam sekian hidup, jam sekian mati, hati-hati dalam kontak senjata. Ramalan-ramalan buku primbon tersebut ternyata banyak cocoknya, sehingga banyak anggota yang menurut atau patuh pada petunjukknya. Dengan referensi buku tersebut, Aguk dikenal dan disegani di kalangan prajurit Yonif Linud 328/Dirgahayu, 305/Tengkorak, dan 330/Tri Dharma.
Yon 328 Brigif Linud 17 Kujang, Kostrad |
Tugas pertama yang dibebankan adalah merebut dan menghancurkan Fahimehan, Alas, dan Fatoberliu Komplek. Dilanjutkan dengan merebut sasaran Matabean Komplek. Di sini, komposisi kekuatan GPK terdiri dari Tropaz, Milisi, dan Secundalina dengan perkiraan jumlah senjata 274 pucuk. Sasaran lain adalah merebut sektor tengah utara GPK dari Brigade Choqeu sebagai pasukan komando dengan perkiraan kekuatan senjata 500 pucuk.
Langkah yang ditempuh oleh Kompi A dengan melakukan pengintaian visual terhadap Lororete KV 8739 dari KTG 1362, Fahisoi dari KTG 1343. Kemudian kelompok Kompi Bantuan bersama Kotis Yon bergerak bersama Kompi A. Selanjutnya Mo.81 ditempatkan di Sabona bersama Kompi C memberikan bantuan untuk tembakan senjata lintas lengkung atas sasaran Faninia dan Derohati.
Tour of Duty ke Dua di Timor Lorosae
Ketinggian tersebut pada akhirnya dapat direbut setelah Kompi A dapat merebut KTG 1219 pada tanggal 12 Juli 1978. Kemudian tanggal 24 Juli 1978 merebut Lilitei dan Fadanara dengan mendapat perkuatan 1 Peleton dari Kompi C. Hasil daripada operasi ini, 13 orang GPK tewas, 2 pucuk senjata direbut. amunisi, logistik, sepatu, dan magazen di dapatkan.
Suatu ketika, dalam pertempuran Kompi C yang dipimpin Kapten Inf. Syaiful Islam, Dantonnya gugur satu, dan minta bantuan ke Kotis Yon. Kotis menggerakkan peleton Aguk yang tidak jauh dari lokasi untuk merapat kesana. Aguk memerintahkan anggotanya bergerak cepat kesasaran dengan sandi “Biru Dua Datang…Biru Datang Ganti..” yang disampaikan melalui radio PRC. Ternyata sandi ini meningkatkan moril pasukan, sehingga Peleton yang mau tuspur (memutuskan pertempuran) tidak jadi mundur.
Dalam perkembangan selanjutnya, Danki C mengumpulkan para Danton dan memberi Perintah Operasi (PO) serangan malam. Ketika itu, Peleton Aguk di BKO di Kompi C. Ketika rencana berangkat, para Danton ditanya kesiapannya, tetapi banyak yang beralasan, sehingga hanya Peleton Aguk yang diperintahkan berangkat.
Dankipan C/328 Kapten Inf. Syaiful Islam bertanya kepada Aguk:
” Jam berapa berangkat?”
” Maaf Komandan, kalau untuk urusan jam berangkat belum bisa saya jawab sekarang, nanti saja jam 2200 saya akan laporkan kembali”.
Tepat pukul 2200 Aguk melaporkan rencana keberangkatannya kepada Danki, yaitu pukul 00.03 (dua belas lewat tiga menit).
Danki bertanya:
” Kenapa mesti lewat tiga menit?”
” Mbah bilang begitu Komandan, mohon doa restunya semoga berhasil”
Dankipan C/328 hanya terdiam.
Tepat pukul 00.03 Aguk bersama 20 orang prajuritnya berangkat menuju sasaran penyergapan di Ossoliro, dengan perhitungan taktis bahwa pada tengah malam musuh pasti sudah tertidur lelap.
Pada saat serangan malam, sektor kiri dipimpin oleh Lettu Inf. Sjamsul Mappareppa (Pensiun Mayjen). Ketika sudah dekat saran yang jaraknya 500 meter, gerakan peleton diperlambat. Kemudian Aguk menyampaikan berita kepada Sjamsul bahwa musuh berkedudukan di kampung Osoliro Matabean berbaur dengan rakyat, nanti kalau peleton saya merebut Ossoliro pasti musuh akan meloloskan diri ramai-ramai keraah Peleton 1/C/328 (Peleton Sjamsul). Musuh pasti akan berusaha menembus sektor kiri Kipan C/328. Bila butuh bantuan, segera tembakkan flare nanti Aguk akan membantu dengan tembakan SMR-M60.
Ternyata perkiraan taktis Aguk benar. Setelah melalui pertempuran sengit dan berhasil merenut Ossoliro, kekuatan musuh turun jurang ke arah kiri, berusaha menembus pertahanan Peleton Sjamsul. Setelah melihat isyarat flare dari Peleton Sjamsul, dengan sigap Aguk mengambil SMR-M60, diarahkan kedepan pertahanan Peleton Sjamsul. Musuh makin terdesak, dan memutuskan untuk turun jurang menuju Pos Marinir 10 di Quilicai. Malam itu, anggota Marinir disana turut berpesta ria. Musuh habis tidak tersisa. Dengan dikuasainya bukit Ossoliro, gerakan Yonif 328 ke depan semakin terbuka lebar dan lancar.
Dalam mengemban tugas operasi di Timor Timur, ia selalu dapat melaksanakan tugas dengan baik dan anggotanya mempunyai sugesti serta kepercayaan padanya, bahwa kalau bertugas dengan Lettu Inf. Agustadi Sasongko Purnomo, pasti akan berhasil!.
Setahun melaksanakan tugas tempur di Timor Timur, akhirnya pada 1979 kembali lagi kepangkalan satuannya. Selanjutnya pada tahun 1980 bersama Kapten Inf. Soesilo Bambang Yudhoyono ikut Latgab yang dipimpin oleh Jenderal Edy Sudradjat. Latgab ABRI 1980 menggunakan medan latihan Timor Timur, Maluku, dan Papua.
Setahun kemudian, menjadi Kapten Inf. dengan jabatan baru Kasi Pers-3/Pers/328/17, berangkat lagi ke Timor Timur dalam Kompi Kujang Teritorial Intelijen Kombat (KUTERINBAT) dengan jabatan Wakil Komandan Kompi. (bersambung)
Sumber : JKGR.
Posting Komentar